Syaikhul Islam mengatakan, “Orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar semestinya memiliki tiga bekal yaitu: [1] ilmu, [2] lemah lembut, dan [3] sabar.
Ilmu haruslah ada sebelum amar ma’ruf nahi mungkar (di awal). Lemah
lembut harus ada ketika ingin beramar ma’ruf nahi mungkar (di
tengah-tengah). Sikap sabar harus ada sesudah beramar ma’ruf nahi
mungkar (di akhir). ”
Berikut rinciannya yang kami olah dari pembahasan Syaikhul Islam.
Pertama: Bekal Ilmu di Awal
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلُحُ
“Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.”
Begitu pula Mu’adz bin Jabal pernah mengatakan,
العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
”Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini memang
benar. Yang namanya maksud dan amalan tanpa disertai ilmu, maka hanya
mengakibatkan kebodohan, kesesatan dan sekedar mengikuti hawa nafsu
sebagaimana telah dijelaskan. Inilah beda antara orang Jahiliyah dan
seorang muslim. Seorang muslim haruslah membekali dirinya dengan ilmu
dalam beramar ma’ruf nahi mungkar dan harus bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Seseorang juga harus mengetahui bagaimana
kondisi orang yang akan diajak pada kebaikan dan dilarang dari
kemungkaran. Di antara bentuk mendatangkan kebaikan adalah melakukan
amar ma’ruf nahi mungkar sesuatu tuntutan yang diajarkan dalam Islam
(jalan yang lurus). Jika seseorang membekali dirinya dengan ilmu, maka
itu akan membuat lebih cepat mengantarkan pada tujuan.”
Kedua: Lemah Lembut di Tengah-Tengah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam amar ma’ruf nahi mungkar hendaklah ada sikap lemah lembut. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu,
maka ia akan senantiasa menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka
pastilah hanya akan mendatangkan kejelekan.”[1]
Begitu pula beliau bersabda,
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia menyukai
kelembutan dan Dia akan memberi kepada kelembutan yang tidak diberikan
jika seseorang bersikap kasar.”[2]
Ketiga: Bersabar di Akhir
Setelah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, haruslah ada sikap sabar terhadap setiap gangguan. Syaikhul Islam mengatakan, “Setiap
orang yang ingin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat
rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bersabar, maka hanya
akan membawa dampak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”
Luqman pernah mengatakan pada anaknya,
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada para Rasul
–dan mereka adalah imam (pemimpin) dalam amar ma’ruf nahi mungkar-
untuk bersabar, sebagaimana hal ini Allah perintahkan pada penutup
Rasul (yakni Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Bahkan
perintah ini Allah sandingkan dengan penyampaian kerasulan. Hal ini
dapat kita lihat dalam surat Al Mudatsir (surat yang merupakan tanda
Muhammad menjadi Rasul), yang turun setelah surat Iqro’ (surat yang
merupakan tanda Muhammad diangkat sebagai Nabi).
يَا أَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ, قُمْ فَأَنْذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ,
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
(menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (QS. Al Mudatsir: 1-7)
Allah membuka surat yang merupakan pertanda beliau diangkat menjadi Rasul dengan perintah memberikan peringatan (indzar). Di akhirnya, Allah tutup dengan perintah untuk bersabar. Yang namanya memberi peringatan (indzar)
adalah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Maka ini menunjukkan
bahwa sesudah seseorang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, hendaklah
ia bersabar.
Demikian faedah dari Syaikhul Islam sebagai bekal bagi orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar.
Semoga kita dapat memperhatikan nasehat dalam setiap
tindak tanduk kita ketika ingin memperbaiki orang lain. Hanya Allah
yang memberi taufik.
Faedah Ilmu dari Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15-18, Mawqi’ Al Islam
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar