Al-Imam Ibnul Jauzi
Kita hidup di dunia ini laksana seorang murid yang ada di dalam kelas untuk belajar apa saja, seperti belajar menulis atau sastra agar si murid bisa memiliki masa depan yang baik. Ada anak yang otaknya sama sekali tumpul. Mekipun ia telah berlama-lama tinggal di kelas untuk belajar, namun setelah keluar tidak paham apa-apa. Itu adalah permisalan orang yang tidak mengerti keberadaannya di dunia ini dan tidak mencapai apa yang dimaksud dari kehadiran dirinya di tengah manusia.
Ada pula mereka yang dengan keterbatasan akalnya dan pemahamannya serta ketidakteguhannya dalam belajar malah menyakiti murid-murid yang lain. Mereka merampas makanan teman-temannya dan mereka memelas karena tangannya yang ringan. Mereka bukanlah manusia yang baik, pemahamannya hampa dan tangannya tidak pernah berhenti berbuat usil. Mereka adalah model manusia perusak dan pembawa bencana bagi yang lain.
Selain mereka, ada anak-anak yang bisa paham dengan beberapa tulisan, namun sayang mereka tak mampu memahami sesuatu dengan lebih baik. Mereka hanya mampu memahami sebatas apa yang mereka dapat pahami. Mereka adalah model manusia yang sedikit paham persoalan namun tak mampu mencapai keutamaan-keutamaan yang sempurna. Ada lagi yang baik tulisan-tulisannya namun tidak mau belajar berhitung. Mereka hafal teks-teks sastra yang indah, namun tak mampu memperindah jiwanya sendiri. Orang itu biasanya cocok untuk menjadi penulis bagi para penguasa karena kondisi batinnya yang memprihatinkan dan perilakunya yang kurang beradab.
Ada yang semangatnya menjulang ke langit. Mereka adalah anak-anak yang berada di urutan pertama jajaran teman-teman mereka dan biasanya menjadi wakil atau pembantu bagi para pengajarnya di tempat mereka belajar. Mereka lalu naik pangkatnya dengan memiliki harga diri yang tinggi. Mereka melatih batinnya dan menyempurnakan penampilan luarnya. Mereka terus mendorong batinnya untuk belajar dan mencari keutamaan-keutamaan karena tahu bahwa mereka belajar tidak semata-mata untuk kepentingan sekolah mereka sendiri, namun ditujukan untuk mempelajari tatakrama hidup. Mereka akan terus berusaha menggapai nilai kemanusiaan dan kedewasaan. Mereka berpacu dengan waktu mengejar keutamaan-keutamaan jiwa.
Mereka adalah tipikal manusia mukmin yang melewati generasi zamannya hanya dalam hitungan tahun. Akan diperlihatkan kepada mereka kelak goresan amal-amalnya yang baik. Pada hari akhir, mereka akan berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini).” (QS. Al-Haqqah : 19). Demikian pula dengan dunia dan penghuninya.
Ada lagi golongan manusia yang hancur dan sangat jauh dari kebenaran. Mereka adalah orang-orang kafir. Ada lagi orang-orang yang hanya salah jalan karena imannya tipis, mereka akan disiksa namun kembalinya pada tempat yang baik.
Ada lagi sekelompok manusia yang baik, namun sedikit lalai. Ada yang sempurna jika dibandingkan dengan orang-orang yang di bawahnya, namun jika dibandingkan dengan orang yang di atasnya, sebenarnya ia sangatlah kurang.
Bersegeralah wahai orang-orang yang paham dan mengerti. Dunia adalah tempat berlalu menuju pemukiman yang abadi. Dunia adalah tempat berjalan menuju Sang Maha Raja untuk berdekatan denganNya dan tempat persiapan untuk nanti kita bersimpuh di hadapan kebesaranNya. Bersiaplah untuk berbicara denganNya. Perbaikilah sopan santun anda agar pantas bisa berdekatan denganNya. Jangan sampai rasa malas menggoda anda.
Sesungguhnya kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya akan sangat bergantung pada sikapnya terhadap dunia. Kedudukan mereka pun akan sangat ditentukan oleh kadar amal mereka. Jelas tukang tambang tidak sama dengan penjaga pintu pejabat, dan penjaga pintu pejabat tidak akan sama kedudukannya dengan seorang menteri.
Bayangkanlah dua surga yang indah dengan gelas-gelas yang kemilau dengan segala apa yang ada di dalamnya. Dua lagi surga dari perak. Surga Firdaus yang gemerlap dan merupakan surga tertinggi adalah bagi mereka yang tinggi pula derajat amalnya.
Orang-orang yang ada di kebun surga akan melihat manusia yang memiliki derajat yang tinggi laksana mereka melihat bintang-bintang gemerlap di langit. Ingatlah wahai manusia, manisnya sikap berserah diri kepada Yang Mahadamai.
Ingatlah bagaimana nikmatnya pujian saat hari-hari perlombaan. Janganlah seorang peserta lomba sampai lengah saat perlombaan berlangsung. Kehilangan sesuatu adalah hal yang merugikan kita saat lomba berlangsung. Berhati-hatilah, janganlah terjebak dalam satu aib yang akan dikenang bekas-bekasnya.
Penghuni Jahannam akan dilepas Sang Mahakasih sesuai dengan tingkat dosa yang dikerjakan. Setelah mengalami penyiksaan, mereka akan dilepas. Sadar dan bersabarlah menghadapi kenikmatan-kenikmatan yang hanya sebentar. Sungguh hari-hari manusia itu betapa singkatnya.
Bersungguh-sungguhlah untuk segera beramal. Sesungguhnya rambu-rambu jalanan telah jelas adanya bagi mereka yang telah tahu jalan-jalan yang akan ditempuhnya. Itu akan bisa dilihat jika seseorang benar-benar berusaha untuk menempuh jalan yang benar.
Saat menjelang ruhnya dicabut, Junaid Al-Baghdadi masih sempat membaca sepenggal bacaan Al-Qur’an. Dikatakaan kepadanya, “Apakah dalam saat-saat seperti ini engkau masih sempat melakukan itu?” Dia menjawab, “Aku berlomba dengan waktu sebelum kitab amalku ditutup secara resmi.”
Jika demikian adanya, Insya Allah apa yang diinginkan akan terkabulkan dan apa yang diminta akan diberikan. Allah akan menyiapkan apa-apa yang anda butuhkan. [Shaidul Khathir].
Hidup Tanpa Motivasi
Al Imam Ibnul Jauzi
Saya merasakan suatu hal yang sangat aneh. Penduduk surga yang ada di pelatarannya sangatlah kurang jika dibadingkan dengan mereka yang berada di atas mereka. mereka mengetahui benar keutamaan orang-orang di atasnya. Andaikata mereka memikirkan apa yang mereka lewatkan, mereka pasti akan bersedih. Akan tetapi yang demikian itu tidaklah terjadi, sebab mereka merasa sudah berada di sebuah tempat yang terhormat dan tentu saja di surga tak akan timbul rasa susah.
Ada dua hal yang bisa kita perhatikan dari mereka. Pertama, mereka tidak menyangka bahwa masih ada lagi nikmat dan kedudukan yang lebih tinggi dari apa yang sudah mereka capai saat itu. Dan Kedua, sesungguhnya mereka ditakdirkan mencapai apa yang mereka dapatkan, seperti halnya mereka mencintai anaknya yang nakal, meskipun ada anak-anak orang lain yang lebih baik.
Di balik semua yang saya uraikan di atas ada satu makna yang dalam. Allah telah menciptakan bagi manusia di dunia ini semangat yang terbatas untuk menuntut hal-hal yang utama. Selain itu, tingkat semangat mereka pun berbeda-beda.
Ada diantara mereka yang menghafal sebagian Al-Qur’an, namun tidak mampu menyempurnakannya. Ada yang hanya mendengarkan sedikit dari hadits yang ada. Ada yang tahu sedikit tentang fikih. Ada lagi yang rela dengan segala sesuatu dengan segala keterbatasannya. Ada yang mencukupkan diri hanya dengan melakukan yang fardhu. Ada lagi yang hanya mencukupkan diri dengan dua rakaat di malam hari.
Sesungguhnya, jika semangat seseorang tinggi, pasti dia akan memburu segala hal yang utama dan akan terus menyempurnakan kekurang-kekurangannya. Ia pun akan mempergunakan kekuatan badannya uantuk memupuk semangat, sebagaimana kata seorang penyair,
Dalam badan yang kurus pastilah ada bencana
Sedangkan bencana badan adalah lemahnya semangat
Dalam hal semangat, manusia terbagi ke dalam beberapa kelompok. Kebanyakan dari mereka sangat tahan tidak tidur untuk mendengarkan hiburan-hiburan malam. Akan tetapi, mereka tidak pernah bersemangat untuk mendengarkan Al-Qur’an. Manusia akan dikumpulkan di akhirat berdasarkan semangatnya. Mereka akan mendapatkan apa yang pernah dilakukan dengan semangatnya itu. Jika mereka tak ingin mencapai kesempurnaan di dunia, merekapun harus puas dengan keterbatasan di akhirat. Setiap orang akhirnya berpikir dengan otaknya dan mengetahui bahwa pahala mesti sesuai dengan kadar amal. Tidak mungkin seorang yang shalat dua rakaat mengkhayalkan ganjaran orang yang melakukan shalat seribu rakaat.
Jika ada orang yang berkata, Apa bisa dibayangkan bahwa seorang tak bersemangat untuk mencapi hal yang lebih baik dalam hidupnya?” Saya menjawab, “Jika tidak bisa dibayangkan tercapainya hal itu, pastilah ia akan merasa sedih jika bayangannya tidak terwujud.” Adakah orang-orang awam yang merasa sedih jika tidak tahu fikih? Pasti tidak! Jika mereka merasa sedih tidak memperoleh hal itu, pastilah mereka akan berusaha mencapainya.
Mereka tak berhak untuk disesali karena memang tidak punya semangat untuk mengerjakan yang utama. Mereka rela dengan apa yang mereka capai. Pahamilah apa yang saya katakan dan bersegeralah mencapai apa yang anda inginkan. Dunia ini adalah medan juang dan tanah untuk berlomba. [Shaidul Khathir]
Kita hidup di dunia ini laksana seorang murid yang ada di dalam kelas untuk belajar apa saja, seperti belajar menulis atau sastra agar si murid bisa memiliki masa depan yang baik. Ada anak yang otaknya sama sekali tumpul. Mekipun ia telah berlama-lama tinggal di kelas untuk belajar, namun setelah keluar tidak paham apa-apa. Itu adalah permisalan orang yang tidak mengerti keberadaannya di dunia ini dan tidak mencapai apa yang dimaksud dari kehadiran dirinya di tengah manusia.
Ada pula mereka yang dengan keterbatasan akalnya dan pemahamannya serta ketidakteguhannya dalam belajar malah menyakiti murid-murid yang lain. Mereka merampas makanan teman-temannya dan mereka memelas karena tangannya yang ringan. Mereka bukanlah manusia yang baik, pemahamannya hampa dan tangannya tidak pernah berhenti berbuat usil. Mereka adalah model manusia perusak dan pembawa bencana bagi yang lain.
Selain mereka, ada anak-anak yang bisa paham dengan beberapa tulisan, namun sayang mereka tak mampu memahami sesuatu dengan lebih baik. Mereka hanya mampu memahami sebatas apa yang mereka dapat pahami. Mereka adalah model manusia yang sedikit paham persoalan namun tak mampu mencapai keutamaan-keutamaan yang sempurna. Ada lagi yang baik tulisan-tulisannya namun tidak mau belajar berhitung. Mereka hafal teks-teks sastra yang indah, namun tak mampu memperindah jiwanya sendiri. Orang itu biasanya cocok untuk menjadi penulis bagi para penguasa karena kondisi batinnya yang memprihatinkan dan perilakunya yang kurang beradab.
Ada yang semangatnya menjulang ke langit. Mereka adalah anak-anak yang berada di urutan pertama jajaran teman-teman mereka dan biasanya menjadi wakil atau pembantu bagi para pengajarnya di tempat mereka belajar. Mereka lalu naik pangkatnya dengan memiliki harga diri yang tinggi. Mereka melatih batinnya dan menyempurnakan penampilan luarnya. Mereka terus mendorong batinnya untuk belajar dan mencari keutamaan-keutamaan karena tahu bahwa mereka belajar tidak semata-mata untuk kepentingan sekolah mereka sendiri, namun ditujukan untuk mempelajari tatakrama hidup. Mereka akan terus berusaha menggapai nilai kemanusiaan dan kedewasaan. Mereka berpacu dengan waktu mengejar keutamaan-keutamaan jiwa.
Mereka adalah tipikal manusia mukmin yang melewati generasi zamannya hanya dalam hitungan tahun. Akan diperlihatkan kepada mereka kelak goresan amal-amalnya yang baik. Pada hari akhir, mereka akan berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini).” (QS. Al-Haqqah : 19). Demikian pula dengan dunia dan penghuninya.
Ada lagi golongan manusia yang hancur dan sangat jauh dari kebenaran. Mereka adalah orang-orang kafir. Ada lagi orang-orang yang hanya salah jalan karena imannya tipis, mereka akan disiksa namun kembalinya pada tempat yang baik.
Ada lagi sekelompok manusia yang baik, namun sedikit lalai. Ada yang sempurna jika dibandingkan dengan orang-orang yang di bawahnya, namun jika dibandingkan dengan orang yang di atasnya, sebenarnya ia sangatlah kurang.
Bersegeralah wahai orang-orang yang paham dan mengerti. Dunia adalah tempat berlalu menuju pemukiman yang abadi. Dunia adalah tempat berjalan menuju Sang Maha Raja untuk berdekatan denganNya dan tempat persiapan untuk nanti kita bersimpuh di hadapan kebesaranNya. Bersiaplah untuk berbicara denganNya. Perbaikilah sopan santun anda agar pantas bisa berdekatan denganNya. Jangan sampai rasa malas menggoda anda.
Sesungguhnya kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya akan sangat bergantung pada sikapnya terhadap dunia. Kedudukan mereka pun akan sangat ditentukan oleh kadar amal mereka. Jelas tukang tambang tidak sama dengan penjaga pintu pejabat, dan penjaga pintu pejabat tidak akan sama kedudukannya dengan seorang menteri.
Bayangkanlah dua surga yang indah dengan gelas-gelas yang kemilau dengan segala apa yang ada di dalamnya. Dua lagi surga dari perak. Surga Firdaus yang gemerlap dan merupakan surga tertinggi adalah bagi mereka yang tinggi pula derajat amalnya.
Orang-orang yang ada di kebun surga akan melihat manusia yang memiliki derajat yang tinggi laksana mereka melihat bintang-bintang gemerlap di langit. Ingatlah wahai manusia, manisnya sikap berserah diri kepada Yang Mahadamai.
Ingatlah bagaimana nikmatnya pujian saat hari-hari perlombaan. Janganlah seorang peserta lomba sampai lengah saat perlombaan berlangsung. Kehilangan sesuatu adalah hal yang merugikan kita saat lomba berlangsung. Berhati-hatilah, janganlah terjebak dalam satu aib yang akan dikenang bekas-bekasnya.
Penghuni Jahannam akan dilepas Sang Mahakasih sesuai dengan tingkat dosa yang dikerjakan. Setelah mengalami penyiksaan, mereka akan dilepas. Sadar dan bersabarlah menghadapi kenikmatan-kenikmatan yang hanya sebentar. Sungguh hari-hari manusia itu betapa singkatnya.
Bersungguh-sungguhlah untuk segera beramal. Sesungguhnya rambu-rambu jalanan telah jelas adanya bagi mereka yang telah tahu jalan-jalan yang akan ditempuhnya. Itu akan bisa dilihat jika seseorang benar-benar berusaha untuk menempuh jalan yang benar.
Saat menjelang ruhnya dicabut, Junaid Al-Baghdadi masih sempat membaca sepenggal bacaan Al-Qur’an. Dikatakaan kepadanya, “Apakah dalam saat-saat seperti ini engkau masih sempat melakukan itu?” Dia menjawab, “Aku berlomba dengan waktu sebelum kitab amalku ditutup secara resmi.”
Jika demikian adanya, Insya Allah apa yang diinginkan akan terkabulkan dan apa yang diminta akan diberikan. Allah akan menyiapkan apa-apa yang anda butuhkan. [Shaidul Khathir].
Hidup Tanpa Motivasi
Al Imam Ibnul Jauzi
Saya merasakan suatu hal yang sangat aneh. Penduduk surga yang ada di pelatarannya sangatlah kurang jika dibadingkan dengan mereka yang berada di atas mereka. mereka mengetahui benar keutamaan orang-orang di atasnya. Andaikata mereka memikirkan apa yang mereka lewatkan, mereka pasti akan bersedih. Akan tetapi yang demikian itu tidaklah terjadi, sebab mereka merasa sudah berada di sebuah tempat yang terhormat dan tentu saja di surga tak akan timbul rasa susah.
Ada dua hal yang bisa kita perhatikan dari mereka. Pertama, mereka tidak menyangka bahwa masih ada lagi nikmat dan kedudukan yang lebih tinggi dari apa yang sudah mereka capai saat itu. Dan Kedua, sesungguhnya mereka ditakdirkan mencapai apa yang mereka dapatkan, seperti halnya mereka mencintai anaknya yang nakal, meskipun ada anak-anak orang lain yang lebih baik.
Di balik semua yang saya uraikan di atas ada satu makna yang dalam. Allah telah menciptakan bagi manusia di dunia ini semangat yang terbatas untuk menuntut hal-hal yang utama. Selain itu, tingkat semangat mereka pun berbeda-beda.
Ada diantara mereka yang menghafal sebagian Al-Qur’an, namun tidak mampu menyempurnakannya. Ada yang hanya mendengarkan sedikit dari hadits yang ada. Ada yang tahu sedikit tentang fikih. Ada lagi yang rela dengan segala sesuatu dengan segala keterbatasannya. Ada yang mencukupkan diri hanya dengan melakukan yang fardhu. Ada lagi yang hanya mencukupkan diri dengan dua rakaat di malam hari.
Sesungguhnya, jika semangat seseorang tinggi, pasti dia akan memburu segala hal yang utama dan akan terus menyempurnakan kekurang-kekurangannya. Ia pun akan mempergunakan kekuatan badannya uantuk memupuk semangat, sebagaimana kata seorang penyair,
Dalam badan yang kurus pastilah ada bencana
Sedangkan bencana badan adalah lemahnya semangat
Dalam hal semangat, manusia terbagi ke dalam beberapa kelompok. Kebanyakan dari mereka sangat tahan tidak tidur untuk mendengarkan hiburan-hiburan malam. Akan tetapi, mereka tidak pernah bersemangat untuk mendengarkan Al-Qur’an. Manusia akan dikumpulkan di akhirat berdasarkan semangatnya. Mereka akan mendapatkan apa yang pernah dilakukan dengan semangatnya itu. Jika mereka tak ingin mencapai kesempurnaan di dunia, merekapun harus puas dengan keterbatasan di akhirat. Setiap orang akhirnya berpikir dengan otaknya dan mengetahui bahwa pahala mesti sesuai dengan kadar amal. Tidak mungkin seorang yang shalat dua rakaat mengkhayalkan ganjaran orang yang melakukan shalat seribu rakaat.
Jika ada orang yang berkata, Apa bisa dibayangkan bahwa seorang tak bersemangat untuk mencapi hal yang lebih baik dalam hidupnya?” Saya menjawab, “Jika tidak bisa dibayangkan tercapainya hal itu, pastilah ia akan merasa sedih jika bayangannya tidak terwujud.” Adakah orang-orang awam yang merasa sedih jika tidak tahu fikih? Pasti tidak! Jika mereka merasa sedih tidak memperoleh hal itu, pastilah mereka akan berusaha mencapainya.
Mereka tak berhak untuk disesali karena memang tidak punya semangat untuk mengerjakan yang utama. Mereka rela dengan apa yang mereka capai. Pahamilah apa yang saya katakan dan bersegeralah mencapai apa yang anda inginkan. Dunia ini adalah medan juang dan tanah untuk berlomba. [Shaidul Khathir]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar